07-Apr-2009
*Catatan Pengantar buat DOA
Oleh Josef Alfonsius Gadi Djou Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Flores EndeHari ini, 7 April 2009, merupakan hari yang bersejarah bagi masyarakat Kabupaten Ende. Pada hari ini, secara resmi, pasangan DOA (Don Bosco M Wangge-Achmad Mochdar) akan memimpin masyarakat Kabupaten Ende. Momentum bersejarah ini akan dijadikan titik tolak oleh DOA untuk mewujudkan harapan-harapan masyarakat, sekaligus mengkonkretkan janji-janji yang pernah dilontarkan.
Ini berarti bahwa tugas baru ini tidaklah ringan. Sebab, mewujudkan harapan dan mengkonkretkan janji membutuhkan tidak saja kekuasaan birokratis, tetapi juga visi dan keberanian individual di dalam menerobos hambatan yang bakal dihadapi. Kekuasaan birokratis, betapapun perlunya, tetap saja tidak cukup. Sebuah kepemimpinan haruslah juga ditopang oleh visi yang kuat dan keberanian individual. Tulisan sederhana ini dimaksudkan sebagai catatan pengantar untuk kedua pemimpin kita tersebut agar tetap berada pada niat awalnya untuk membuat kita lebih bermartabat.
Pemimpin
Pemimpin adalah seorang yang menimbulkan gerakan dengan kekuatan pengaruhnya. Saat ini dalam era Otonomi Daerah menjadi seorang pemimpin daerah tentunya tidak semudah kalau menjadi pemimpin perusahaan atau organisasi profit. Walaupun disadari bahwa dalam perspektif otonomi daerah, pemimpin daerah diharapkan mempunyai kemampuan seperti yang dimiliki oleh pemimpin perusahaan sehngga mampu membawa daerahnya menjadi ekonomis, efisien dan efektif guna kepentingan rakyat daerahnya.
Pengertian ekonomis dalam perspektif pengadaan dan pengalokasian sumbar daya dilakukan dengan cermat dan hemat. Pengertian efisiensi (berdaya guna) dalam penggunaan sumber daya dalam arti penggunaan diminimalkan dan hasilnya dimaksimalkan (maximizing benefits and minimizing costs). Pengertian efektif (berhasil guna) dalam arti mencapai tujuan dan sasaran kepada yang membutuhkan dalam hal ini rakyat daerah.
Tingkatan Pemimpin
Ada 5 (lima) tingkatan pemimpin, yaitu, pertama, pemimpin posisi. When the leader lack confident, the followers lack commitment, Pemimpin dalam tingkatan ini dapat diartikan bahwa menjadi pemimpin karena surat keputusan. Pemimpin hanya menjadi orang yang bekerja dengan sistem dan menjadi sistem itu. Pemimpin daerah dalam tingkatan ini adalah pemimpin daerah yang hanya melakukan pekerjaan yang memang sudah ada dan itulah pekerjaanya. Tidak ada inovasi baru dalam kepemimpinannya.
Kedua, pemimpin permission (relationship). Memimpin dengan hati, meaningful relationship. They don”t care how much you know, until they know how much you care. Pemimpin di tingkatan ini menyadari bahwa untuk menjadi pemimpin yang baik dan berhasil hubungan dengan yang dipimpin (bawahan) harus dibina dengan baik. Pendekatan yang dilakukan oleh pemimpin daerah dalam tingkatan ini adalah hubungan personal. Pemimpin Daerah dalam tingkatan ini melakukan kerja sama yang dapat berakibat kepada kolusi dengan bawahannya. Ketiga, Pemimpin production (result). Di sini pemimpin lebih berorientasi pada hasil (result-based) ketimbang prosedur (procedural-based). Prestasi kerja atau hasil kerja akan memberikan kebanggaan. Pemimpin di tingkat ini menyadari bahwa hasil kerja yang baik akan memberikan kesejahteraan dan kebanggaan.
Keempat, Pemimpin Reproduction. Orang-orang besar adalah pemimpin dengan kekuatan keyakinan dan percaya diri yang besar (self confidence). Tanpa jiwa besar tak ada kekuatan untuk melahirkan pemimpin baru dan membesarkan mereka. Pemimpin daerah dalam level ini biasanya mempunyai banyak kader yang dipersiapkan untuk meggantikannya sebagai pemimpin daerah. Dan kelima, Pemimpim Personhood. Jati diri yang dibentuk oleh karakter yang kuat akan menentukan apakah seseorang layak mendapat sebutan pemimpin besar. Pada tingkatan ini seorang pemimpin disegani karena semua orang respek kepadanya. Respek yang timbul bukan hanya atas apa yang telah diberikan oleh orang tersebut (secara personal) atau manfaatnya, melainkan karena nilai-nilai dan simbol-simbol yang melekat pada diri pemimpin.
Pemimpin yang Diharapkan
Ada 3 (tiga) ciri pemimpin daerah dalam era Otonomi Daerah saat ini, yaitu ciri pemimpin yang bervisi, ciri pemimpin yang bernilai dan ciri pemimpin yang berani. Ciri pemimpin yang pertama adalah pemimpin yang bervisi. Visi adalah cita- cita yang akan dicapai, visi juga bisa diartikan sebagai cara pandang terhadap sesuatu. Menurut Rhenald Kasali, seorang pemimpin akan bergerak dari apa yang dilihat, sebab itulah yang membentuk dirinya sebagai pemimpin. Pemimpin daerah diharapkan mempunyai pandangan yang jauh ke depan sehingga dapat membawa masyarakat daerahnya kearah yang diinginkan sesuai dengan visinya.
Pemimpin diharapkan mempunyai orientasi ke masa depan di suatu tempat yang berbeda, imaginatif (be somewhere one day, learning from the future). Bagaimana pemerintah daerah mempunyai arah yang jelas untuk berkembang kalau pemimpinnya tidak mempunyai visi. Karena dengan visi yang jelas, konsep dan sasaran organisasi pemerintah daerah dapat dijabarkan dengan baik dalam bentuk Rencana Strategis dan Rencana Operasional atau malah sebaliknya dengan ketiadaan visi maka akan mengakibatkan pemimpin hanya memikirkan dirinya sendiri dan kelompoknya. Akhir-akhir ini berita di media massa lokal memberitakan tentang APBD dikurangi karena pemerintah daerah tidak dapat merubah perangkatnya mengikuti peraturan pemerintah. Hal ini harusnya tidak terjadi kalau pemimpin Daerah lebih Bervisi kepada kepentingan rakyat bukan kepada kepentingan pemerintahan itu sendiri.
Ciri pemimpin yang kedua adalah pemimpin yang bernilai. Pemimpin yang bernilai adalah yang dapat menggerakkan segala sumber daya yang dimiliki sehingga organisasinya dapat bergerak mencapai visi dan misinya. Karena dengan nilai yang dimilikinya dapat dijadikan teladan bagi semua pengikutnya atau dalam perspektif daerah dengan nilai yang dimiliki pemimpin daerah dapat mempersatukan semua komponen yang ada di daerah sehingga tercapai apa yang menjadi visi dan misi yang berguna bagi kepentingan rakyat daerah tersebut. Sebagai contoh bagi masyarakat Kabupaten Ende dimana nilai-nilai agama masih menjadi ciri dari kehidupan masyarakat maka tentunya mayarakat mengharapkan agar pemimpinnya adalah orang yang memiliki nilai agama yang lebih sehingga dapat dijadikan panutan. Termasuk dalam nilai agama adalah kehidupan berkeluarga yang dapat dijadikan panutan.
Seorang Bapak Keluarga yang baik tentu berfikir bagaimana pendidikan, kesehatan, kehidupan yang layak bagi anaknya. Seorang Pemimpin yang baik dan bernilai tentu sudah mengalokasikan dana sesuai peruntukannya. Seorang pemimpin yang baik dan bernilai juga adalah yang dapat mendelegasikan wewenangnya sehingga apabila tidak berada di tempat karena perjalanan dinas dan sebagainya bawahannya dapat mengambil keputusan untuk kepentingan pelaksanaan tugas organisasinya. Pemimpin yang bernilai juga bukan pemimpin sukanya marah-marah tanpa memberikan solusi terbaik bagi bawahannya.
Ciri pemimpin yang ketiga adalah pemimpin yang mempunyai keberanian yang beralasan. Keberanian atau courageness yang berasal dari kata courage berakar kata cor yang artinya hati. Jadi seorang pemimpin karena bekerja dengan hati ( heart work) maka akan melaksanakan tugasnya sepenuh hati dan berani menerima tanggung jawab. Pemimpin seperti ini akan melakukan terobosan-terobosan baru (inisiatif) dan berani mengambil risiko (risk taking).
Pemimpin yang berani adalah pemimpin yang berani mengatakan benar atau salah. Karena kebanyakan pemimpin kita adalah pemimpin politik maka pengambilan keputusan terhadap masalah yang dihadapi kadang-kadang menjadi mengambang karena tidak ada keberanian politik untuk memutuskannya. Apabila seorang pemimpintidak berani mengambil resiko maka yang tidak disadari oleh pemimpin tersebut adalah bahwa akan terjadi bom waktu yang bisa berdampak strategis dan berjangka panjang.
Hemat kita, kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan issue yang paling mengenuka dalam pengelolaan administrasi publik saat ini. Tuntutan gencar yang dilakukan masyarakat kepada pemerintah daerah untuk melakukan penyelenggaraan pemerintah yang baik adalah sejalan dengan meningkatnya tingkat pengetahuan masyarakat, disamping adanya pengaruh globalisasi.
Tuntutan ini adalah hal yang wajar, untuk itu seorang pemimpin daerah diharapkan agar dalam kepemimpinnnya di daerah benar-benar melaksanakan good governance dalam pemerintahnya. Oleh karena itu, kita harapkan agar DOA berada dalam koridor good governance itu. Provifiat!
http://florespos.com/?pg=pg_beritalengkap&id=106&kat=Opini