ENDE, KOMPAS.com - Pelantikan Don Bosco M Wangge - Achmad Mochdar sebagai Bupati dan Wakil Bupati Ende periode 2009-2014 Selasa (7/4), diwarnai unjuk rasa dan pemukulan polisi terhadap sejumlah aktivis mahasiswa.
Sejumlah personel dari Samapta Kepolisian Resor Ende dan Kompi B Brimob membubarkan paksa mahasiswa yang berunjuk rasa di kawasan simpang lima, Ende. Pemukulan dengan tongkat pentungan, bahkan juga tendangan polisi diarahkan pada sejumlah aktivis terutama ketika sepeda motor aktivis diparkir menghalangi jalan masuk ke Bandar Udara Haji Hasan Aroeboesman, Ende.
Mahasiswa yang berunjuk rasa saat itu sedikitnya 50 orang, yakni dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Ende.
"Ini bentuk tindakan represif dari kepolisian, bahkan atribut organisasi kami juga diinjak-injak polisi. Ini juga bentuk penghinaan terhadap organisasi kami. Padahal kami sudah mengajukan izin untuk aksi ini. Kami minta Kapolri untuk mencopot Kapolres Ende," kata Ketua GMNI Cabang Ende Vinsen Sangu, Selasa, di Ende.
Menurut Vinsen Sangu, mereka sebenarnya hanya melakukan aksi damai untuk menyampaikan asprasi mengingatkan bupati dan wakil bupati Ende yang baru untuk bersikap tegas menuntaskan banyaknya kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) di Ende yang hingga kini tak jelas penanganannya.
Ketika dikonfirmasi , Wakil Kepala Polres Ende Komisaris Arly Jembar Jumhana menyatakan, tindakan polisi itu bukan pemukulan terhadap mahasiswa, melainkan untuk membubarkan secara paksa. "Karena mereka melakukan aksi di tengah jalan, sehingga menganggu arus kendaraan menuju bandara. Ketika kami arahkan mereka tidak mau pindah, sehingga kami memutuskan upaya membubarkan aksi di tengah jalan itu secara paksa. Dan setelah saya cek di satuan Intel aksi ini juga belum mengajukan izin," kata Arly.
Pelantikan pasangan Don Bos M Wangge - Achmad Mochdar itu berjalan lancar, dan pelantikan dilakukan oleh Gubernur NTT Frans Lebu Raya. Frans Lebu Raya dalam sambutannya juga mengingatkan masyarakat NTT untuk datang ke tempat pemungutan suara (TPS) pada 9 April untuk menyukseskan pemilihan umum legislatif.
"Meski pemilu legislatif ini digelar dalam suasana pekan suci menyambut perayaan Paskah, jangan menghalangi kita untuk tidak terlibat dalam pemungutan suara. Keputusan memilih untuk tidak memilih tentu kita sendiri akan rugi, karena kita akan kehilangan suara untuk wakil kita di DPRD, DPR, dan DPD," kata Frans.
Frans antara lain juga mengingatkan bupati dan wakil bupati Ende yang baru untuk sering turun ke kampung atau dusun-dusun, juga menerapkan "anggur merah", anggaran untuk rakyat menuju sejahtera, yaitu dengan menetapkan anggaran belanja publik lebih besar daripada untuk belanja aparatur.(SEM)
http://regional.kompas.com/read/xml/2009/04/07/14193687/pelantikan.bupati.ende.diwarnai.pemukulan.mahasiswa