Senin, April 06, 2009

Air Bersih, Masalah di Kelimutu

ENDE, PK---Fasilitas air bersih kawasan Taman Nasional (TN) Kelimutu Ende, Kecamatan Kelimutu, Ende merupakan masalah tahunan yang belum kunjung teratasi. Direncanakan tahun ini pengelola TNK akan membangun bak penampung sekaligus penyaring air.

Masalah air bersih ini dikemukakan Kepala TN Kelimutu, Gatot Soebiantoro, dan Camat Kelimutu, Wellem Nubatonis, di Moni, Ende, Jumat (3/4/2009). Subiantoro mengatakan, air bersih telah lama menjadi masalah di kawasan TN Kelimutu berikut sejumlah home stay dan bungalow-bungalow di sana.

"Masalah air ini yang selalu dikeluhkan wisatawan yang berkunjung ke Kelimutu. Bukan tidak ada air di sini, tetapi airnya kotor, bercampur lumpur," kata Subiantoro.

Di salah satu bungalow milik Sao Wisata, Moni, sebagaimana dialami Pos Kupang ketika menginap, Kamis (2/4/2009) malam, air di kamar mandi sangat kotor, bercampur lumpur dan berwarna coklat. Kawasan Moni adalah pintu masuk menuju Gunung Kelimutu.

Subiantoro mengatakan, air bersih yang cukup di bungalow dan atau home stay adalah kebutuhan primer bagi para wisatawan mancanegara. Dia melukiskan, banyak wisatawan asing terganggu dengan kondisi air yang keruh dan berwarna kecoklatan.

Masalah air bersih ini juga dibenarkan Camat Kelimutu Welem Nubatonis. Nubatonis mengatakan, selama ini air di home stay- home stay dan rumah-rumah warga dialirkan langsung dari mata air tanpa melalui bak penampung. "Karena itu kalau musim seperti sekarang ini air kotor dan berlumpur," kata Nubatonis.

Menurut Nubatonis, pihak TN Kelimutu sudah sering mengajukan ke Pemerintah Kabupaten Ende untuk membangun bak penampung dan penyaring, tetapi belum juga direalisasi.
Tetapi tahun ini, kata Nubatonis, pihak TN Kelimutu telah siap membangun sebuah bak penampung sekaligus penyaring.

Trend Meningkat
Meski bersih masih terkendala air bersih, arus kunjungan wisatawan ke TN Kelimutu memperlihatkan trend meningkat. "Sejak tahun 2005 terus meningkat," kata Subiantoro.
Subiantoro mengatakan, kunjungan wisatawan itu benar-benar 'meledak' pada masa peak season pada bulan Juni dan Juli. "Kalau peak season, dalam sehari bisa mencapai seribu orang," kata Subiantoro.

Subiantoro mengatakan, melihat kecenderungan yang terus meningkat itu, pengelola TN Kelimutu terus berusaha membenahi dan mengelola TN Kelimutu hingga menjadi lebih menarik lagi. "Selain obyek danaunya, kita juga menggelar obyek wisata budaya dan event-event yang menarik wisatawan," kata Subiantoro. Wisata budaya itu, kata Subiantoro, misalnya tarian-tarian daerah setempat.

Subiantoro mengatakan, wisatawan asing yang paling banyak mengunjungi Kelimutu berasal dari Belanda, Jerman, Perancis, Kanada dan Australia.

Sejauh ini, kata Subiantoro, TN Kelimutu baru menyumbang pemasukan sekitar Rp 150 juta dari penjualan tiket masuk ke Kelimutu. Tiket masuk untuk wisatawan asing, Rp 20 ribu/orang sekali kunjungan, sedangkan tiket untuk wisatawan nusantara Rp 2.000/orang sekali kunjungan.

Pemasukan dari tiket itu sebenarnya belum apa-apa dibanding dengan dana yang disiapkan dari APBN untuk TN Kelimutu. "Dalam setahun dana yang dikucurkan dari APBN bisa mencapai Rp 4 miliar lebih. Dana senilai ini untuk operasional dan gaji para staf di TN Kelimutu," kata Subiantoro.
Sama seperti semua Taman Nasional di Indonesia, TN Kelimutu juga berada langsung di bawah Departemen Kehutanan. (*)